
Pendeta Noven: Tidak Ada Kasih Tanpa Pengorbanan
Sidoarjo — Kesederhanaan mendiang Paus Fransiskus yang sempat viral saat kunjungannya ke Indonesia menjadi pengingat penting bagi umat Kristen untuk meneladani hidup sederhana dan melekat pada panggilan iman.
Hal ini disampaikan Pdt. Noven Rudy Nataniel, S.Si, Pendeta GKJW Sidoarjo, dalam pesan khotbahnya Minggu 29 Juni 2025.
“Paus Fransiskus waktu berkunjung ke sini (Indonesia) menunjukkan teladan sederhana. Ia memilih mobil biasa, memakai jam tangan sederhana, padahal beliau bisa difasilitasi lebih mewah. Ini viral karena orang melihat seorang pemimpin besar justru tidak melekat pada kemewahan,” ungkap Pdt. Noven.
Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi cermin bagi jemaat untuk tidak terikat pada capaian duniawi semata.
“Kita seringkali bangga dengan status dan kekuasaan, padahal Tuhan mau kita belajar melepaskan kemelekatan itu. Yang berharga bukan hanya apa yang kita miliki, tetapi bagaimana kita setia dalam panggilan-Nya,” tegasnya.
Pdt. Noven juga menegaskan, teladan para nabi seperti Elia dan Elisa mengajarkan pentingnya kesetiaan meski harus meninggalkan zona nyaman.
“Elia sendiri pernah berputus asa ketika seolah-olah segalanya hilang. Tapi dalam perjalanan hidupnya, ia tetap taat dan mewariskan semangat kepada Elisa,” kata Pdt. Noven.
Ia juga mengingatkan, tantangan dalam memenuhi panggilan Tuhan tak selalu mudah. “Di dalam Injil Lukas, bahkan Kristus sendiri pernah ditolak hanya karena melewati wilayah yang berkonflik. Tidak semua gagasan kita diterima. Tapi itulah bagian dari pelayanan, di mana kita siap menanggung pengorbanan,” jelasnya.
Seperti Yesus dalam perjalanannya ke Samaria saat melewati desa masyarakat menolaknya. Meskipun ditolak, Yesus tidak membalas dendam atau menghukum. Ia menegur murid-murid-Nya yang ingin memanggil api turun, menunjukkan bahwa misi-Nya adalah menyelamatkan, bukan membinasakan.
Dalam pelayanan, Pdt. Noven menekankan bahwa kasih harus diiringi pengorbanan. “Tidak ada kasih tanpa pengorbanan. Mbah Kung Mbah Ti bisa bertahan puluhan tahun dalam pernikahan, itu juga karena rela berkorban,” tuturnya mencontohkan kehidupan jemaat.
Ia pun berharap jemaat GKJW Sidoarjo terus menjadi garam dan terang di lingkungan sekitar. “Kesaksian warga sekitar menunjukkan gereja ini diterima dengan baik karena bisa membaur tanpa jadi ancaman. Itulah buah nyata panggilan kasih yang harus terus kita rawat,” tandas Pdt. Noven.
Di akhir pesannya, Pdt. Noven mengajak seluruh jemaat untuk tetap setia pada panggilan Tuhan di keluarga, masyarakat, maupun gereja.
“Teruslah bersaksi dan menghasilkan buah yang membawa damai sejahtera bagi siapa pun di sekitar kita. Tuhan Yesus memberkati,” pungkasnya. (ted)
Leave a Reply