
Makna Ucapan Yesus: “Orang Miskin Selalu Ada Padamu”
Ibadah Minggu Pra Paskah V
Tema Liturgi : Ikut Dikau Saja Tuhan
Tema Khotbah : Meninggalkan Masa Lalu, Mengejar Panggilan Mulia
Bacaan : Yesaya 43 : 14-21; Filipi 3 : 4b-14; Yohanes 12 : 1-8
Pelayan Firman : Pdt. Kristanto, M.Th.
Dalam minggu prapaskah ke V yang penuh perenungan ini, Pdt. Kristanto M.Th mengajak umat untuk merenungkan makna mendalam dari Yohanes 12:1-8, khususnya ayat ke-8 yang kerap menimbulkan pertanyaan: “Sebab orang miskin selalu ada bersamamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama kamu.”
Ayat ini sering kali ditafsirkan secara keliru, seolah-olah Yesus bersikap masa bodoh terhadap kaum miskin. Namun, menurut Pdt. Kristanto, ucapan Yesus bukanlah bentuk ketidakpedulian, melainkan suatu penegasan akan prioritas spiritual menjelang pengorbanan-Nya.
“Ucapan Yesus tentang orang miskin bukan bentuk pengabaian, tetapi justru pengingat bahwa keberpihakan pada mereka harus menjadi tugas seumur hidup kita. Dalam konteks itu, tindakan Maria meminyaki kaki Yesus adalah bentuk pengakuan akan nilai pengorbanan yang lebih besar dari sekadar simbol ekonomi,” ujar Pdt. Kristanto dalam khotbahnya, Minggu 6 April 2025.
Minyak narwastu yang digunakan Maria setara dengan sekitar 300 dinar jika dikonversi dengan upah harian saat ini, bisa mencapai kurang lebih Rp60 juta.
Nilai yang fantastis hanya untuk satu tindakan simbolik. Namun justru dari sinilah pesan Yesus menjadi relevan: ada waktu untuk menolong sesama, tetapi ada pula saat untuk menghargai hal-hal yang sakral dan mengubah hidup.
Pandangan Dr. Liz Theoharis: “Kemiskinan Adalah Masalah Struktural”
Sementara itu, Dr. Liz Theoharis, seorang teolog perempuan asal Amerika Serikat dan pendiri Poor People’s Campaign, memberikan pandangan kritis terhadap ayat ini.
Menurutnya, Yesus bukan sedang menormalkan kemiskinan, tetapi menunjukkan bahwa struktur ketidakadilan akan selalu hadir jika tidak dilawan secara sistematis.
Dr liz Theoharis dalam bukunya What Jesus Really Said about the Poor (Prophetic Christianity Series) mengatakan bahwa ayat di dalam Yohanes 12 ayat 8 ini bukan mengatakan bahwa Yesus egois Yesus tidak peduli kepada orang miskin tetapi sebenarnya Tuhan menantang kita.
Ya Tuhan menantang kepedulian kita sebagai orang percaya untuk ikut ambil bagian dalam penghapusan pembebasan bagi orang-orang yang miskin.
“Lebih detail dia mengatakan bahwa kemiskinan sebagai masalah struktural bukan moral. Kemiskinan adalah masalah struktural,”
“Orang miskin bukan karena kesalahan pribadi, Dr Theoharis menekankan bahwa kemiskinan itu sebenarnya akibat sistem yang tidak adil dalam kehidupan kita dalam kehidupan masyarakat, mungkin akibat sistem pendidikan, kesehatan atau mungkin penataan terhadap jaminan-jaminan kehidupan sosial sehingga mereka itu terpinggirkan secara otomatis” kata Pdt Kristanto.
Dan di sinilah sebenarnya gereja dipanggil untuk menyuarakan kenabian kita, apakah kita ini juga bertindak secara struktural dalam kehidupan ini agar persoalan kemiskinan itu bisa tersingkirkan.

Misi Pelayanan Sejak Zaman Kolonial: Kisah Pdt. Johanes Kruyt
Semangat membela kaum miskin dan tertindas ini bukan hal baru dalam sejarah GKJW. Salah satu tokoh yang mewujudkannya dalam tindakan nyata adalah Pdt. Johanes Kruyt, seorang pendeta dari Nederlands Zendelings Genootschap (NZG) yang menjalankan pelayanan misionaris di Mojowarno, Jombang.
Pdt. Kruyt tidak hanya menyebarkan ajaran Injil, tetapi juga membangun pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk masyarakat lokal yang saat itu hidup dalam kemiskinan struktural akibat kolonialisme.
Mojowarno pun kemudian dikenal sebagai pusat pelayanan Kristen yang menyatu dengan kehidupan rakyat kecil.
“Para misionaris yang datang ke Indonesia ini tidak hanya menyebarkan Injil. Mereka berjuang supaya struktur kehidupan kita ini menjadi berkeadilan,” ujar Pdt. Kristanto.
Ia mengajak jemaat untuk melihat kembali sosok penting dalam sejarah GKJW, yakni Pdt. Johannes Kruyt, seorang misionaris asal Belanda yang datang ke Mojowarno pada tahun 1800-an.
Bersama keluarganya, Pdt. Kruyt memulai pelayanan di daerah yang saat itu masih berupa pedesaan terpencil.
“Bayangkan saja, Mojowarno pada tahun 1800-an itu masih seperti hutan. Sangat desa sekali,” ungkap Pdt. Kristanto. “Namun beliau datang dari negeri yang maju dan membangun berbagai fasilitas penting—sekolah, rumah sakit, dan gereja—yang manfaatnya masih bisa kita nikmati sampai hari ini.”
Pdt. Kristanto juga menegaskan bahwa misi Pdt. Kruyt tak hanya terbatas pada pelayanan rohani, tetapi juga membangun sistem sosial yang memungkinkan jemaat untuk bertahan dalam berbagai situasi kehidupan.
“Rumah sakit dan sekolah di Mojowarno itu sudah berusia lebih dari 100 tahun. Mereka menciptakan struktur yang kuat supaya masyarakat menjadi mandiri. Bahkan rumah sakit Mojowarno ini terdengar sampai ke telinga Raden Ajeng Kartini. Dalam bukunya, Kartini pernah menyatakan keinginan untuk belajar kesehatan di Mojowarno,” katanya.
Menurutnya, para misionaris kala itu telah membangun fondasi kehidupan yang membebaskan, karena mereka memahami bahwa kemiskinan bisa disebabkan oleh penyakit dan kurangnya pendidikan.
“Termasuk menyediakan lahan pertanian untuk gereja. Sampai sekarang lahan itu masih ada, hektaran luasnya,” tambahnya. “Jadi kalau persembahan jemaat sedang menurun, gereja masih bisa bertahan. Ini bentuk kemandirian yang dibangun sejak awal.”
Pdt. Kristanto mengajak seluruh warga GKJW untuk merasa bangga atas warisan yang ditinggalkan para pendahulu.
“Apa yang dilakukan oleh para pendahulu kita ini luar biasa—mendorong, mengajak, menyatakan, membangun. Ini seharusnya menjadi kebanggaan bagi kita sebagai warga GKJW,” tutupnya.
Refleksi Prapaskah: Mewujudkan Kasih dalam Aksi
Melalui bacaan Injil ini, umat diajak untuk tidak hanya memaknai ayat secara literal, tapi mendalaminya secara kontekstual dan historis. Yesus tidak menolak pelayanan sosial. Sebaliknya, Ia mengajak manusia untuk menyeimbangkan pengabdian spiritual dan tanggung jawab sosial.
“Prapaskah ini menjadi momen tepat untuk kembali ke nilai-nilai dasar kekristenan: pengorbanan, keadilan, dan kasih kepada yang tersisih,” pungkas Pdt. Kristanto.
Leave a Reply