
Kisah Sukarelawan: Sentuhan Iman di Balik Pembangunan GKJW Sidoarjo
SIDOARJO – Di balik megahnya bangunan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sidoarjo yang kini berdiri kokoh di Jl. Kombes Pol Moh. Duryat No. 66, tersimpan kisah tentang dedikasi tanpa pamrih, semangat lintas iman, dan keyakinan akan kuasa ilahi. Selama hampir lima tahun proses pembangunan berlangsung, ada satu nama yang senyap namun menyala: Pak Agani.
Bukan berasal dari lingkungan GKJW, Pak Agani adalah warga Paroki Gereja Katolik Gembala Yang Baik, Jemur Andayani, Surabaya. Hubungan awalnya dengan gereja ini bermula dari percakapan ringan di sela pekerjaan bersama Penatua Kusriyanto Manteus di perusahaan Bernardi.
“Saya memang dari awal… kalau mau cerita sedikit saja. Background saya teknik sipil, dari UK Petra angkatan ’83,” tutur Pak Agani sambil tersenyum ketika ditemui pada Kamis (1/5/2025). “Pertama kenal dengan Pak Matius juga lewat pekerjaan, karena kami sama-sama dari Bernardi.” ungkap Pak Agani dalam acara Boyongan Ibadah hari Minggu Tanggal 4 Mei 2025 dari lantai 1 ke lantai 2 dan Bersih Grejo dan Kerja Bakti bersama Jilid 2.
Sebagai seorang kontraktor dan pengusaha di Surabaya, Pak Agani memiliki prinsip hidup yang sudah ia ikrarkan sejak lulus kuliah: membantu siapa saja yang membangun rumah Tuhan—apapun agamanya.
“Saya akan membantu siapa pun, agama apapun yang sedang membangun rumah Allah, rumah Tuhan,” ucapnya dengan nada penuh keyakinan. Prinsip itu telah membawanya turut serta dalam pembangunan klenteng di Kupang, yang ia lakukan tanpa bayaran sepeser pun. “Saya murni pelayanan. Saya tidak ingin menerima apapun. Ini adalah bentuk pengabdian saya,” tambahnya tegas.

Tak hanya sekadar membantu teknis pembangunan, Agani juga hadir sebagai pembakar semangat. Ia menuturkan bagaimana dirinya pernah memberi dukungan moril saat pembangunan GKI Madiun di Jalan Barito yang juga diliputi kekhawatiran soal dana.
“Kasusnya sama seperti yang Bapak-Ibu alami di sini. Uang tidak ada. Tapi saya percaya, dengan campur tangan Tuhan, tidak ada yang mustahil,” ujarnya.
Selama proses pembangunan GKJW Sidoarjo, kehadirannya bukan hanya simbolik. Ia mendampingi hingga larut malam, bahkan menunggu proses pengecoran sampai jam dua pagi. Baginya, pengecoran adalah tahap krusial.
“Kalau bikin tembok bisa dibongkar, tapi kalau cor sudah jadi dan salah, itu mahal dan sulit diperbaiki,” jelasnya, menunjukkan betapa serius ia menangani setiap tahap pembangunan.
Meski perannya krusial, Pak Agani dengan rendah hati menyebut bahwa ia bukanlah sosok utama. “Saya ini enggak ada apa-apanya. Yang paling luar biasa adalah tim panitia pembangunan. Mereka yang luar biasa sampai tahap ini bisa tercapai,” ucapnya lirih, namun bangga.
Di tengah kekurangan dana dan tantangan teknis, ia percaya bahwa campur tangan Tuhan adalah kekuatan sejati yang membuat segalanya mungkin.
“Saya juga ikut bersyukur, ikut senang. Ternyata pelayanan saya pun tidak sia-sia. Akhirnya bangunan ini selesai juga,” tuturnya sambil menatap bangunan gereja yang kini berdiri megah, menjadi saksi bisu dari iman dan kerja keras yang tak kenal lelah.
Sementara itu Ketua Panitia Pembangunan, Bapak Lukas HP, menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas proses pembangunan yang telah berlangsung.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa, “Tuhan berkenan memakai kita—eyang-eyang, adik-adik—untuk mewujudkan rancangan-Nya. Tempat ini dapat menjadi tempat untuk menyembah, memuji, dan menaruh harapan kepada Tuhan.”
Beliau juga mengungkapkan bahwa pembangunan ini adalah buah dari kerinduan panjang umat. “Selama 35 tahun kami merindukan untuk menempati gereja ini. Dengan kondisi yang terbatas, kuasa Tuhan benar-benar dinyatakan,” ujarnya.
Bapak Lukas juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat, termasuk Bapak Gani yang telah digunakan Tuhan sebagai konsultan dalam pembangunan. Ia menambahkan, “Semua digerakkan oleh Tuhan, mengawasi dinamika yang ada dan diajak merasakan prosesnya, meski belum 100 persen rampung.”
Ia menutup dengan harapan bahwa seluruh jemaat bisa ikut ambil bagian. “Kapan pun gereja ini bisa selesai 100 persen, kiranya kita semua mau terus dipakai Tuhan untuk mewujudnyatakan rencana-Nya,” pungkasnya.

Sementara itu Pendeta Kristanto juga memberikan kisah saat pertama kali bertugas pada tahun 2016 harus segera ada GKJW Sidoarjo.
“Pembangunan terus berlanjut ini sebentar lagi ada yang yang memberi berkat untuk plafon, padahal panitia akan menjeda untuk konsentrasi dalam mutasi. Namun karena ada berkat lagi pekerjaan akan terus berlanjut,” pungkas Pendeta Kristanto.
2 Comments